Pages

Saturday, July 2, 2011

Eksotisme Air Terjun Pancaro Rayo

Kabupaten Kerinci bukan hanya tentang Gunung Kerinci
Ketika mendengar nama Kabupaten Kerinci, Jambi maka para penggiat alam bebas pasti akan langsung ingat dengan Gunung Kerinci. Hal itu wajar mengingat bahwa Gunung Kerinci merupakan kebanggaan Kabupaten Kerinci dan merupakan Gunung berapi tertinggi di Indonesia.

Sebenarnya masih banyak objek wisata lain yang cukup menarik di Kabupaten Kerinci. Tiga diantaranya yang sudah terkenal adalah Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh (Seven Mountain Lake), dan sumber air panas Semurup. Danau Gunung Tujuh bahkan sudah didaulat sebagai danau tertinggi di Asia Tenggara, walaupun untuk klaim ini saya agak sedikit bingung perihal parameter danau yang dimaksud karena terdapat beberapa danau yang ketinggiannya lebih tinggi daripada danau gunung tujuh misalnya Ranu Kumbolo di Gunung Semeru. Objek wisata lain yang ada di Kabupaten Kerinci adalah air terjunnya dengan air terjun Telun Berasap-nya yang sering dikunjungi karena terletak tidak jauh dari tepi jalan di Kayu Aro. Sedangkan air terjun yang akan dibahas oleh saya disini bisa dikatakan masih sedikit yang mengunjunginya dikarenakan akses nya yang agak tersembunyi dan diharuskan trekking naik turun bukit selama kurang lebih 1 jam.


How to Get There?
Jika posisi anda di kota Jambi maka anda akan memerlukan energi yang cukup besar untuk sampai ke  lokasi air terjun Pancaro Rayo di Kabupaten Kerinci atau lebih tepatnya di Kecamatan Keliling Danau (dinamakan keliling danau karena kecamatannya mengelilingi Danau Kerinci). Dari Jambi anda dapat menggunakan jasa travel yang melayani jurusan Jambi-Sungai Penuh. Biaya untuk travel yang dapat dikatakan nyaman dan on-time seperti travel  PO Safa Marwah dan PO Ayu adalah sekitar Rp200.000 (data 2010). Lama perjalanan yang akan anda tempuh kurang lebih 14 jam (jika lancar). Sebuah perjalanan yang sangat membosankan mengingat pemandangan dari Jambi sampai ke Sungai Penuh tidak ada yang menarik untuk dilihat (menurut saya sih). Saya sarankan apabila posisi anda di kota Jambi maka ambillah travel yang berangkat paling sore.

Saya sendiri ketika melakukan perjalanan menuju lokasi air terjun Pancaro Rayo adalah dari kota Bangko, sebuah kota kecil yang terletak di jalur lintas tengah sumatera antara Jambi-Sumatera Barat dan juga dapat dikatakan sebagai titik tengah antara kota Jambi dan kota Sungai Penuh. Travel dari kota Jambi yang akan menuju kota Sungai Penuh nantinya juga akan melewati kota Bangko dan apabila anda naik travel dari kota Bangko ke Sungai Penuh biayanya adalah Rp100.000 (PO Safa Marwah dan PO Ayu).

Ongkos travel yang lumayan mahal tentu saja membuat saya tidak pernah menjadikan travel sebagai opsi utama. Saya lebih memilih mode transportasi sepeda motor yang dengan modal bensin sekitar 5 liter sudah cukup untuk sampai ke tujuan. Maka akhirnya saya dan teman-teman pun sepakat untuk naik motor dengan perjanjian bensin patungan (hemat bukan hehehehehe).

Sekitar 6 jam perjalanan akhirnya kami (berempat termasuk saya dengan 1 ekor betina) sampai ke pertigaan Danau Kerinci, yang mana saya lupa apa nama pertigaannya hehehehe. Apabila anda menggunakan jasa travel dari kota Jambi maka mintalah kepada supir untuk menurunkan anda di pertigaan Danau Kerinci. Terdapat 2 jalur disini yaitu lurus dan belok kiri apabila anda datang dari arah Jambi/Bangko. Sebenarnya mau anda ambil lurus atau kiri pada akhirnya akan sampai pada satu tujuan yaitu pusat kota Sungai Penuh. Nah untuk menuju lokasi air terjun Pancaro Rayo maka anda harus mengambil jalur ke kiri.

Apabila anda datang dari arah kota Padang, Sumatera Barat maka anda harus nyambung angkutan umum lagi karena setahu saya travel dari Padang yang menuju Sungai Penuh akan berakhir di pusat kota Sungai Penuh. Waktu tempuh dari kota Padang menuju kota Sungai penuh adalah sekitar 6-7 Jam (jauh lebih cepat dibandingkan dari kota Jambi). Konon menurut orang-orang, pemandangan dari kota Padang sampai kota Sungai Penuh cukup menarik. dan indah. Apalagi ketika anda telah memasuki daerah kaki gunung Kerinci yang terkenal itu maka pemandangan di kanan anda adalah hamparan kebun teh Kayu Aro (yang konon adalah kebun teh tertua di Indonesia) dengan Gunung Kerinci yang berdiri gagah sebagai latar belakangnya.

Trekking Menuju Air Terjun Pancaro Rayo
Tanya sana-sini akhirnya kami menemukan jalur untuk trekking menuju lokasi air terjun. Tidak ada plang penunjuk jalan untuk menuju lokasi air terjun sebab memang tidak terlalu banyak wisatawan yang berminat untuk melihat air terjun ini karena lokasinya yang agak masuk ke dalam hutan. Akhirnya kami sampai pada suatu tempat dimana jalur sudah sulit dilalui oleh sepeda motor. Kebetulan tidak jauh dari jalan tersebut terdapat saung/rumah/gubuk yang ternyata adalah gubuk dari kuncen penjaga air terjun yang ditunjuk oleh pihak TNBTS..hehehehe. Berhubung teman saya ini adalah orang Jambi (anak Bangko gaul tepatnya ) maka kami pun tidak dikenakan biaya retribusi apapun untuk dapat mengunjungi air terjun tersebut plus kami dapat menitipkan motor kami di gubuk sang Kuncen Pancaro Rayo.

Trekking pun dimulai dari gubuk sang Kuncen. Kemiringan jalur pendakian lumayan juga menguras energi kami apalagi ditambah pantat kami berempat sudah agak kram akibat perjalanan 6 jam dengan motor. Tapi bukan anak muda namanya kalau hanya gara-gara 6 jam di atas motor sudah menyerah (belagu ceritanya).  Trek awal pendakian adalah trek tanah liat dengan tanaman semak yang dominan di kiri-kanan jalur. Apabila anda memandang ke belakang maka akan terlihat pemandangan Danau Kerinci.

Air terjun Pancaro Rayo terlihat dari kejauhan
Trek yang dilalui ternyata tidak melulu menanjak karena kita juga akan sering menuruni bukit. Beruntung sehari sebelum pendakian tempat ini tidak diguyur hujan dan pada hari pendakian pun lumayan cerah sehingga trek tidak becek. Naik bukit turun lagi terus naik lagi akan membawa kita semakin masuk ke dalam hutan. Semak-semak sudah jarang dan berganti pohon-pohon yang sudah lumayan rapat, sampai sini trek masih terlihat jelas. Akhirnya Sang Air Terjun itu pun mulai terlihat dari kejauhan. Wowww ternyata air terjun tersebut sangat tinggi dan benar-benar tersembunyi di balik hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNBTS). Mulai dari sini trek akan menurun kembali dan air terjun tersebut kembali hilang dari pandangan kami, terhalang oleh lebatnya hutan.

Jalur pendakian terus menurun dan mesti menyeberangi beberapa sungai. Di salah satu sungai akhirnya kami  memutuskan untuk istirahat. Disini kami istirahat sejenak di batu-batu besar yang ada di sungai. Air sungai cukup deras tapi masih dapat diseberangi.

Saya berhenti cukup lama di sungai ini karena hendak membuat sebuah foto aliran sungai dengan  teknik slow speed. Nampaknya saya berhenti terlalu lama di sungai ini karena suara 3 orang teman perjalanan saya  yang selalu berisik sepanjang perjalanan sudah tidak terdengar lagi. Kebiasaan berhenti di suatu tempat untuk mengambil beberapa jepretan foto memang kerap membuat saya tertinggal dari rombongan..hehehehe.

Saya sedikit agak bingung juga dalam menentukan jalur mana yang akan saya ambil, hal ini disebabkan saya tidak melihat kemana arah teman saya tersebut ketika pergi (ga lagi deh keasikan cari objek foto). Ketika selesai menyebrangi sungai terdapat 2 jalur yaitu jalur serong kiri atau serong kanan. Apabila saya mengambil serong kiri maka saya akan masuk hutan sedangkan apabila saya ambil serong kanan maka saya akan menyusuri sungai kecil.

 Saya pun mengambil jalur serong kanan karena prediksi saya aliran sungai ini berasal dari air terjun pastinya. Akan tetapi tidak membutuhkan waktu lama untuk memastikan bahwa saya ternyata  telah salah ambil jalan karena semakin saya masuk, jalur semakin tidak terlihat dan tidak ada sama sekali jejak-jejak kaki teman saya tersebut. Akhirnya saya kembali ke pinggir sungai dan mulai mencari tanda-tanda yang mungkin ditinggalkan oleh teman atau orang lain yang sudah pernah ke air terjun ini.

Tanda tersebut akhirnya saya temukan yaitu berupa tanda panah yang dilukis menggunakan cat merah pada salah satu batu di sungai tersebut dan ternyata jalur yang benar adalah jalur serong kiri (lain kali kalau pilih jalur jangan pake cara hitung kancing yah). Setelah benar-benar yakin akan jalur tersebut, saya pun mempercepat langkah untuk mengejar teman saya yang kemungkinan besar sudah jauh di depan.

Di tengah perjalanan saya akhirnya bertemu dengan salah seorang teman saya yang  ternyata hendak menyusul saya ke sungai tersebut, nampaknya saya telah membuat 3 ekor teman saya itu khawatir. Sekitar 100 meter sebelum mencapai lokasi air terjun terdapat sebuah shelter yang sudah tidak terawat lagi. Dari shelter tersebut kami sudah dapat melihat air terjun tersebut yang ternyata benar-benar indah. Cipratan air dari air terjun tersebut membuat seolah di tempat tersebut selalu hujan gerimis. Benar-benar air terjun yang menakjubkan.










Pembalakan Hutan yang Semakin Mengancam
Saya bersyukur dapat menikmati air terjun yang benar-benar mengagumkan ini. Walaupun begitu terbersit kekhawatiran dalam diri saya, apakah anak saya nanti dapat menikmatinya juga?. Melalui perjalanan ini kami melihat langsung bekas aktivitas penebangan liar yang terjadi di hutan lindung ini. Hutan Sumatera benar-benar sudah mencapai tahap kritis nampaknya. Wilayah TNBTS yang merupakan habitat terakhir dan harapan terakhir Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrea) berada dalam bayang-bayang kehancuran. Aktivitas penebangan liar dan aktivitas penduduk membuka ladang (dengan alasan untuk hidup) benar-benar telah merusak ekosistem.

Ilegal Logging

Setelah puas menikmati kemegahan air terjun Pancaro Rayo, kami pun kembali secepatnya karena kami tidak ingin kemalaman di dalam hutan (tidak ada acara foto2 lagi selama perjalanan hehehehe). Singkat kata kami akhirnya kembali ke gubuk Sang Kuncen dengan selamat sore harinya. Benar-benar perjalanan yang melelahkan dan sore itu pula kami harus kembali ke kota Bangko. Setelah berpamitan dan berjanji kepada Sang Kuncen untuk main lagi kesini suatu waktu, kami pun pergi meluncur ke kota Sungai Penuh untuk mencari makan malam dan isi bensin lagi. Perjalanan pulang sepertinya tidak perlu saya ceritakan panjang-panjang. Intinya kami pada akhirnya memulai perjalanan dari kota Sungai Penuh pada malam hari karena kami mampir dulu ke basecamp PA Kerinci. Kami juga harus berhenti 3 kali di warung kopi sepanjang perjalanan untuk minum kopi karena saya dengan suksesnya selalu ketiduran di jok belakang..hehehehehe.
Sekian catatan dari saya si pendaki bodoh. Sampai jumpa di catatan-catatan perjalanan saya selanjutnya.














Bangko Laboratory
July 02, 2011





















3 comments:

  1. jambi? belum ada pikiran sama sekali untuk kesana nih.. yang sebentar lagi akan saya jelajahi adalah medan.. mudah-mudahan nanti lancar..

    salam kenal ya gan.. template-nya baguss

    ReplyDelete
  2. salam kenal. saya amri mungkin akan melakukan tran padang-bali pada tahun 2013. harap dapat membantu untuk informasi.

    ReplyDelete
  3. Mantap Bro..!! Untuk ke Pancaro Rayo, bro bisa tanya Desa Pulau Tengah jika sudah sampai di Kerinci, naah jika sudah di Pulau Tengah...bro tinggal tanya penduduk sana aja, insya Allah mereka akan senang membantu... O iya bro, itu TNKS kan bro? bukan TNBTS? :)

    ReplyDelete